Sabtu, 06 November 2010

Peribahasa Alfabet B

Badai pasti berlalu: segala penderitaan pasti ada akhirnya.

Badak makan anaknya:

  1. laki-laki yang merusakkan anaknya sendiri
  2. membuat aib terhadap keluarga sendiri
Bagai air dengan minyak: dua hal yang tidak bisa dipersatukan.

Bagai air di daun talas:

  1. ketidakcocokan antara dua orang, seperti air yang ditaruh di atas daun talas akan terpisah.
  2. orang yang tidak mempunyai pendirian.
Bagai air titik ke batu: sukar sekali memberi nasihat kepada orang jahat.

Bagai alu pencungkil duri: pekerjaan yang sia-sia atau tidak mungkin dilakukan.

Bagai anjing beranak enam: orang yang sangat kurus sekali.

Bagai anjing melintang denai: sangat gembira.

Bagai anjing menyalak di ekor gajah: orang yang hina dan lemah hendak melawan orang yang besar dan kuat, tentu tak akan berhasil.

Bagai api dengan asap:

  1. tak dapat bercerai lagi/selalu bersama-sama
  2. berkasih-kasihan.
Bagai api dengan rabuk: berbahaya sekali bila diperdekatkan (misalnya : seperti gadis dengan jejaka).

Bagai aur dengan tebing: saling tolong menolong; saling membantu.

Bagai aur di atas bukit: sukar disembunyikan oleh sebab mudah sekali dilihat orang.

Bagai ayam bertelur di padi: seseorang yang menyenangi hidup senang dan mewah.

Bagai ayam lepas bertaji: serba berbahaya; dilepas berbahaya, ikut dicampuri juga berbahaya.

Bagai bara dalam sekam:

  1. perbuatan jahat yang tak tampak
  2. perasaan yang tersembunyi.

Bagai babi merasa gulai:

  1. orang kecil yang beristrikan perempuan bangsawan;
  2. tidak setara.
Bagai bertanak di kuali: biaya yang dikeluarkan terlalu besar sehingga hasil yang diperoleh menjadi sedikit.

Bagai bulan kesiangan: paras rupa yang pucat (karena sakit ataupun patah hati).

Bagai bumi dan langit: dua hal yang mempunyai perbedaan yang sangat jauh. Contoh: Naik sepeda dengan naik mobil, kecepatannya "bagai bumi dan langit".

Bagai cendawan dibasuh: dikatakan kepada orang yang mukanya tiba-tiba berubah pucat sekali karena mendapat malu besar.

Bagai denai gajah lalu; kerusakan yang besar.

Bagai diiris dengan sembilu: suasana hati yang sangat pedih/sakit hati teramat sangat.

Bagai getah dibawa ke semak: perkara yang makin bertambah kusut.

Bagai hujan jatuh ke pasir:

  1. nasihat yang diberi tidak berbekas
  2. tidak ada guna berbuat baik kepada orang jahat.
Bagai inai dengan kuku: tidak pernah bercerai; tidak terpisahkan.

Bagai jampuk kesiangan: bingung; kehilangan akal tak tahu apa yang hendak diperbuat.

Bagai kacang lupa akan kulitnya: seseorang yang lupa akan asal-usulnya. Terutama seseorang yang berasal dari desa dan pergi ke kota, menjadi kaya atau memiliki jabatan tinggi, dan lupa daratan.

Bagai kambing dihela ke air: orang yang sangat enggan melaksanakan pekerjaan yang disuruhkan kepadanya.

Bagai kambing harga dua kupang: anak remaja (terutama anak perempuan) yang merasa dirinya sudah besar.

Bagai katak dalam tempurung: orang yang wawasannya tidak terlalu luas. Ia tidak tahu situasi lain, selain di sekitar tempatnya berada saja.

Bagai keluang bebar petang: berduyun-duyun, banyak sekali berkeliaran kesana kemari.

Bagai kena jelatang: orang yang sangat gelisah.

Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau: sangat sengsara; hidup melarat.

Bagai kerbau dicocok hidung: orang yang tidak punya pendirian atau hanya mengikut/mengekor saja.

Bagai kucing dengan panggang: berbahaya bila diperdekatkan (misalkan: lelaki dengan perempuan).

Bagai kucing dibawakan lidi: sangat ketakutan.

Bagai kucing menjemput api: kalau disuruh tetapi tidak kembali lagi.

Bagai kucing tak bermisai:

  1. orang besar atau pejabat yang sudah berhenti dari jabatannya dan tidak ditakuti lagi
  2. macan ompong (kias)
Bagai kucing tidur dibantal: sangat sejahtera; tidak takut akan kekurangan (rezeki, makanan, dll).

Bagai kuku dengan daging: selalu bersama-sama; dua orang yang tidak dapat terpisahkan (kekasih, sahabat karib, suami-istri).

Bagai kura dengan isi: sukar diceraikan; tidak pernah bercerai.

Bagai melepaskan anjing terjepit: tak tahu berterima kasih; sudah ditolong malah kita dimusuhinya.

Bagai makan buah simalakama: keadaan yang serba salah. Biasanya digunakan untuk orang yang sedang menghadapi dua pilihan, dan kedua-duanya akan menyebabkan orang tersebut mengalami hal yang buruk.

kita akan berada diantara dua sisi mata uang yang sangat mustahil untuk di pilih tetapi ketika kita menyadarinya bahwa keduanya perlahan - lahan membunuh kita secara menyakitkan.

Buah Simalakama ikhtisar dari kejadian Baginda Nabi Adam Alaihissalam beserta istri beliau Siti Hawa tatkala beliau memakan buah kuldi terlena dengan kalam - kalam syaitan

buah ini terlalu indah untuk dilihat, terlalu nikmat untuk dimakan, terlalu sempurna untuk dimiliki, ketika manusia telah menguasai buah tersebut sesungguhnya secara perlahan-lahan buah ini telah menyiksanya hingga tanpa sadar akan terasa menyedihkan di akhirnya.

Bagai makan buah simalakama: keadaan yang serba salah. Biasanya digunakan untuk orang yang sedang menghadapi dua pilihan, dan kedua-duanya akan menyebabkan orang tersebut mengalami hal yang buruk.

kita akan berada diantara dua sisi mata uang yang sangat mustahil untuk di pilih tetapi ketika kita menyadarinya bahwa keduanya perlahan - lahan membunuh kita secara menyakitkan.

Buah Simalakama ikhtisar dari kejadian Baginda Nabi Adam Alaihissalam beserta istri beliau Siti Hawa tatkala beliau memakan buah kuldi terlena dengan kalam - kalam syaitan

buah ini terlalu indah untuk dilihat, terlalu nikmat untuk dimakan, terlalu sempurna untuk dimiliki, ketika manusia telah menguasai buah tersebut sesungguhnya secara perlahan-lahan buah ini telah menyiksanya hingga tanpa sadar akan terasa menyedihkan di akhirnya.

Bagai membandarkan air ke bukit: mengerjakan sesuatu yang sulit dikerjakan atau sia-sia.

Bagai menampung air dengan limas pesuk:

  1. perempuan yang pemboros; tak tersimpan sedikitpun harta pencaharian suami akibat keborosan istrinya;
  2. gaya hidup sangat boros.

Bagai meminum air bercacing: seseorang yang enggan diajak mengerjakan sesuatu pekerjaan.

Bagai mencincang air: melakukan perbuatan atau pekerjaan yang sia-sia.

Bagai mendapat durian runtuh: mendapatkan sesuatu tanpa disangka-sangka; memperoleh rezeki yang tak disangka.

Bagai mendapat gunung intan: sangat girang.

Bagai menegakkan benang basah: melakukan suatu pekerjaan yang mustahil akan berhasil, misalnya berusaha memenangkan perkara yang sudah jelas-jelas salah.

Bagai menggantang anak ayam: perbuatan yang sia-sia; pekerjaan yang sangat sukar.

Bagai mentimun dengan durian: orang yang lemah tidak berdaya untuk melawan orang yang berkuasa.

Bagai musang berbulu ayam:

  1. orang jahat yang berpura-pura baik
  2. berpura-pura menolong namun niat sebenarnya menjerumuskan.

Bagai musuh dalam selimut:

  1. orang terdekat yang diam-diam berkhianat
  2. mempunyai musuh yang dekat dengan kita dan dapat mencelakai kita
  3. musuh dalam kalangan sendiri
Bagai orang kena miang: sangat gelisah karena mendapat malu ditengah orang banyak.

Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk:

  1. semakin tinggi ilmunya semakin rendah hatinya
  2. kalau sudah pandai jangan sombong, selalulah rendah hati
Bagai pagar makan tanaman : yang disuruh menjaga / mengawasi justru mengambil barang yang dijaga / diawasinya itu.

Bagai pelanduk di cerang rimba: sangat ketakutan; bingung tak tahu mau berbuat apa; kehilangan akal.

Bagai pelita kehabisan minyak:

  1. sesuatu yang hampir mati
  2. tidak diorganisasi dengan baik
Bagai pinang dibelah dua: dua orang atau hal yang sama, dan tidak terlihat bedanya.

Bagai pintu tak berpasak, perahu tak berkemudi: sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya dibelakang hari.

Bagai pungguk merindukan bulan:

  1. seseorang yang mencintai kekasihnya tetapi cintanya tidak berbalas
  2. merindukan kekasih yang tak mungkin didapat karena perbedaan derajat

Bagai roda berputar: Yang kaya jatuh ke miskin dan yang miskin menjelit ke kaya.

Bagai semang kehilangan induk: orang yang bingung, tidak tahu tujuan karena kehilangan petunjuk/panutan.

Bagai tanduk diberkas: sukar bersatu karena berbeda paham dan pandangan.

Bagai telur di ujung tanduk: keadaan yang sangat membahayakan (kritis/genting).

Bagaimana biduk, bagaimana pengayuh:

  1. bagaimana orang tua begitulah anaknya
  2. bagaimana atasan begitulah bawahan (dalam satu perusahaan).
Bagaimana bunyi gendang, begitulah tepuk tarinya artinya menurut saja apa yang diperintahkan.

Bagaimana hari takkan hujan, katak betung berteriak selalu:

  1. seseorang lelaki yang selalu datang kerumah perempuan dengan maksud tertentu, akhirnya kesampaian juga maksudnya
  2. akhirnya tergoda juga.

Bahasa menunjukkan bangsa:

  1. tabiat seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata mereka
  2. kesopansantunan seseorang menunjukkan asal keluarganya
  3. bahasa yang sempurna menunjukkan peradaban yang tinggi dari bangsa pemilik bahasa tersebut.
Bajak lalu ditanah yang lembut: orang yang lemah juga yang menjadi korban kecurangan atau kelaliman.

Baji dahan pembelah batang orang kepercayaan kita yang kerap kali merugikan kita.

Barang tergenggam jatuh terlepas bernasib sial, sesuatu yang sudah dimiliki hilang lagi.

Batu di pulau tiada berkajang jangan mengerjakan pekerjaan yang sia-sia, yang kecil kemungkinan untuk berhasil.

Bayang-bayang sepanjang badan belanja/pengeluaran hendaklah sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.

Bayang-bayang sepanjang tubuh, selimut sepanjang badan: bijaksana dalam memberi perintah, sesuai dengan yang diperintahkan.

Bayang-bayang tidak sepanjang badan: berbuat sesuatu melebihi wewenangnya.

Beban berat, senggulung batu artinya pekerjaan / tanggungan cukup berat namun orang yang membantu ternyata malas / bodoh-bodoh semua.

Belajar di yang pintar, berguru di yang pandai: tuntutlah ilmu dari sumber yang tepat.

Belalang dapat menuai: sesuatu yang mudah sekali didapat sehingga menjadi tidak berharga.

Belum besar sudah Diambak: Belum jadi apa-apa, sudah menyombangkan diri.

Belum beranak sudah ditimang: sudah bersenang-senang terlebih dahulu sebelum mencapai tujuan.

Belum bergigi hendak mengunyah: belum mempunyai kekuasaan sudah hendak bertindak.

Belum bertaji hendak berkokok: belum mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup sudah menyombongkan diri.

Belum diajun sudah tertarung: baru akan mulai melakukan pekerjaan, sudah mendapatkan kemalangan.

Belum dipanjat asap kemenyan: umur sudah cukup tapi belum juga menikah.

Belum tahu akan pedas lada: anak muda yang belum mengenal pahit getirnya kehidupan.

Belum tentu, ayam masih disabung: masih ada harapan.

Belum tentu si upik si buyungnya: belum tahu; belum pasti bagaimana keadaannya.

Bengkok sedikit tak terluruskan: sangat keras kepala; tak mau mendengar nasihat orang.

Benih yang baik tak memilih tanah: orang yang berbakat dimanapun dia berada pasti akan maju.

Beraja dihati bersutan dimata: hanya menuruti kemauan sendiri saja.

Berakal ke lutut, berontak ke empu kaki: Bertindak semaunya sendiri tanpa menghiraukan orang lain.

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian: bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian.

Beranak kandung beranak tiri:

  1. Tidak adil
  2. Berat sebelah ketika memutuskan sesuatu hal/perkara.
Beranak menurut kata bidan: orang harus mendengar nasihat dari orang yang lebih tahu/ paham.

Beranak tak berbidan:

  1. Orang yang melakukan perbuatan gila-gilaan.
  2. Melakukan perbuatan yang berpotensi membahayakan diri sendiri.
Berani karena benar, takut karena salah: seseorang yang jujur pasti akan berani untuk mengatakan hal yang sebenarnya, tetapi seseorang yang berbohong akan takut ketika ditanyakan hal yang sebenarnya.

Berapa berat mata memandang, berat jugalah bahu memikul: seberapa berat orang melihat penderitaan yang dialami, lebih berat orang yang langsung mengalami/menanggung penderitaan tersebut.

Berarak tiada berlari: mengerjakan pekerjaan haruslah sesuai dengan sifat pekerjaan/aturan mainnya.

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing:

  1. Se-ia sekata, sehidup semati.
  2. Persahabatan yang erat.
  3. Senang dan susah dialami bersama.
  4. Pekerjaan yang berat akan terasa ringan apabila dikerjakan bersama-sama.
Berbau bagai embacang: perbuatan yang jahat itu suatu saat akan diketahui oleh orang juga.

Berbelok kucing main daun: melakukan sesuatu dengan tangkas dan gagah.

Berbenak ke empu kaki: tidak mempunyai rasa keadilan; hanya menggunakan kekerasan saja.

Berdawat biar hitam: kalau berbuat sesuatu jangan kepalang tanggung; jangan setengah-setengah.

Berdiang di abu dingin: Meminta pertolongan kepada orang miskin, (pasti tidak akan mendapatkan apa-apa dari saudara, tuan rumah, dan sebagainya).

Bergantung tiada bertali, bersalai tiada api: perempuan yang tidak di beri nafkah, namun tidak juga di ceraikan oleh suaminya.

Bergantung pada akar lapuk atau bergantung pada tali rapuh: mengharap suatu pertolongan dari seseorang yang kemungkinan besar tidak akan mampu.

Bergantung pada akar lapuk atau bergantung pada tali rapuh: mengharap suatu pertolongan dari seseorang yang kemungkinan besar tidak akan mampu.

Bergaduk-gaduk diri, saku-saku diterbangkan angin: omong besar, suka membual, tetapi kantong kosong tidak berduit.

Berguru dulu sebelum bergurau: berusaha bersusah payah dahulu barulah dapat bersenang-senang.

Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi: belajar hendaknya bersungguh, jangan hendaknya kepalang tanggung.

Berhakim kepada beruk: orang yang memutuskan perkara (hakim) sangat tamak sehingga kedua belah pihak yang bersengketa mendapat kerugian.

Berjagung-jagung sementara padi masak: berhematlah dahulu sebelum mendapat keuntungan yang besar.

Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah: selalu berhati-hati / waspada dalam sebarang pekerjaan / kegiatan agar tidak mendapat kesusahan di belakang hari.

Setiap usaha hendaknya dikerjakan sampai tujuannya tercapai.

Berjenjang naik, bertangga turun: menurut aturan dan urutan yang sewajarnya.

Berkelahi dalam mimpi: mempertengkarkan sesuatu yang sudah selesai atau sesuatu yang tidak penting.

Berkelahi dengan perigi akhirnya mati dahaga: karena memusuhi orang yang dapat memberikan penghidupan/pertolongan kepada kita, akhirnya hidup kita melarat/sengsara.

Berkerat rotan berpatah arang: sudah memutuskan hubungan sama sekali.

Berkering air ludah: sia-sia saja menasehati/mengajari seseorang yang tidak mau mendengarkan/orang yang keras kepala.

Berlayar bernakhoda, berjalan bernan-tua: setiap melakukan pekerjaan/usaha hendaklah menuruti nasihat orang yang lebih berpengalaman.

Bermain air basah, bermain api terbakar:

  1. setiap pekerjaan senantiasa ada untung ruginya.
  2. jika baik mendapat pahala, jika buruk dihukum.

Berniaga di ujung lidah: Seseorang yang cerdik, tetapi hatinya tidak jujur.


Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian :

  • Perbuatan yang walaupun terasa berat, namun dapat menghasilkan hasil yang baik di kemudian hari.

Contoh: menabung sebagian dari penghasilan. Walaupun di waktu menabung, kemampuan membeli seseorang berkurang, namun di kemudian hari, jumlah tabungannya dapat menjadi besar dan digunakan untuk hal-hal yang menyenangkan.

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh:

  1. Sesuatu akan berhasil apabila dikerjakan bergotong-royong (bersama-sama).
  2. Suatu kelompok/kaum/bangsa akan menjadi kuat dan maju apabila tidak terpecah belah.

Bersuluh matahari, bergelanggang di mata orang: Sudah diketahui orang banyak dengan pasti.

Bersuluh menjemput api: sudah tahu masih bertanya juga.

Bertampuk boleh dijinjing, bertali boleh dieret: perjanjian yang sudah dikuatkan dengan syarat dan jaminannya.

Bertanam tebu di bibir: mempergunakan kata-kata yang manis dan muluk untuk membujuk.

Bertangkai boleh dijinjing: suatu persoalan yang sudah jelas duduk perkaranya.

Bertanjak baru bertinju: Melakukan sesuatu menurut aturannya.

Bertemu beliung dengan ruyung: antara dua orang yang bermusuhan sama-sama kuat, sama-sama gagah.

Bertukar beruk dengan cigak: yang menggantikan sama buruknya dengan yang digantikan (pejabat, kepala pemerintahan, dsbnya).

Besar berudu dikubangan, besar buaya dilautan: setiap orang berkuasa di wilayahnya masing-masing atau dibidang keahliannya.

Besar diambak tinggi dianjung: Mempunyai kedudukan tinggi karena dipermuliakan pengikutnya.

Besar kapal besar pula gelombangnya: makin tinggi kedudukan / jabatan makin besar pula tanggung jawabnya.

Besar kayu, besar bahannya: bila penghasilan besar biasanya pengeluarannya juga besar.

Besar pasak daripada tiang: lebih besar pengeluaran daripada penghasilan; boros.

Betung ditanam, aur tumbuh: hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan.

Biar alah sabung asalkan menang sosok: biar kalah asalkan kehormatan tetap terjaga / terpelihara.

Biar badan penat asal hati suka: biar badan terasa sakit karena menjalankan suatu pekerjaan, tetapi hati terasa bahagia.

Biar dahi berlumpur asal tanduk mengena: biarlah bersusah payah asalkan maksud dan tujuan tercapai.

Biar kalah sabung asalkan menang sorak:

  1. Biar kalah asal kehormatan tetap terjaga dan terpelihara
  2. Sebuah peribahasa untuk menghibur hati orang yang kalah.

Biar lambat asal selamat:

  1. Mengutamakan keselamatan dalam mencapai tujuan
  2. Sesuatu yang sudah pasti jangan digesa-gesakan agar hasil yang diperoleh lebih baik lagi.
Biar jatuh terletak, jangan jatuh terempas: kalau berhenti dari pekerjaan/jabatan lebih baik oleh karena permintaan sendiri, jangan menunggu sampai dipecat.

Biarpun kucing naik haji, pulang-pulang mengeong juga: kebiasaan turun temurun dari nenek moyang biasanya sukar sekali untuk diubah.

Bibir saya bukan diretak panas:

  1. Nasihat atau ramalan yang diberikan biasanya betul.
  2. Pahit lidah.

Biduk lalu kiambang bertaut:

  1. Perselisihan antara dua orang bersaudara tidak perlu dicampuri oleh orang lain karena sebentar juga akan berdamai.
  2. Perselisihan antara dua orang bersaudara, apabila dicampuri oleh pihak ketiga akan segera berakhir dengan perdamaian sedangkan pihak ketiga akan tersisih dan mendapatkan malu.

Biduk satu nakhkoda dua: pekerjaan yang dipimpin oleh dua orang.

Biduk upih, pengayuh bilah: tidak mempunyai daya upaya untuk memiliki sesuatu atau mencapai sesuatu maksud.

Binatang tahan palu, manusia tahan kias: mengajarkan kepada seseorang itu cukup dengan kiasan, sindiran dan ibarat saja, bukan dengan pukulan.

Bodoh-bodoh sepat, tak makan pancing emas: meskipun bodoh tetapi masih dapat memilih mana yang baik untuk dirinya.

Bondong air, bondong ikan: kemana arah pemimpin, kesana pulalah arah anak buahnya.

Buah yang manis berulat di dalamnya: hati-hati dengan perkataan yang manis biasanya mengandung maksud yang tidak baik.

Bukan air muara yang ditimba, sudah disauk dari hulunya: Bukan hanya merupakan kabar bohong, tetapi berita yang berasal dari sumbernya.

Bukan biji tak mau tumbuh, tapi bumi tak mau terima:

  1. Sudah berusaha namun hasil yang diperoleh tidak ada
  2. Sudah meminta/memohon namun tidak dikabulkan atau ditolak.
Bulan naik matahari naik: mendapat keuntungan dari mana-mana.Bulan terang dihutan artinya orang yang berpangkat/berkedudukan tinggi di negeri orang, tidak dilihat oleh sanak keluarganya.

Bumi mana yang tiada kena hujan:

  1. Setiap manusia tak luput dari kesalahan
  2. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan.

Bungkuk sejengkal tidak terkedang:

  1. Tidak mau mendengarkan perkataan orang.
  2. Keras kepala; ngotot.

Buruk muka cermin dibelah :

  1. Seseorang yang menyalahkan keadaannya yang buruk kepada orang lain, padahal kesalahannya sendirilah yang menyebabkan keadaannya.
  2. Tidak mau mengakui kesalahan/kelemahan sendiri.
Burung terbang dipipiskan lada: keuntungan belum diperoleh ditangan, sudah dibagi-bagikan.

Busuk berbau, jatuh berdebuk: sesuatu yang jahat itu bagaimanapun disembunyikan suatu saat akan ketahuan juga.

Busuk-busuk embacang: orang yang tampak dari luar (lahiriah) seperti orang jahat/orang bodoh, namun ternyata hatinya baik/ilmu pengetahuannya tinggi.

Bhineka Tunggak Ika: berbeda-beda tetapi satu jua.





0 komentar:

Posting Komentar